1 2 3 .. (part 2)

normal benar-benar normal . kesibukkan yang kulakukan dalam sehari-hari . ahh, mula ku menyinggung hal itu tentang uang dan kekuasaan . sebenarnya hal ini selalu ku hindari jika bertemu denganya tapi untuk saat ini tak bisa .

"apa memang hidup selalu bergantung dengan uang sebagai keutamaan untuk berlangsung? apa kita tak bisa sedikit mengubah pola pikir itu?" . pertanyaan itu terlontar begitu saja saat  berhadapan dengannya .

"maksud dari pertanyaanmu itu apa? kau bisa hidup sampai sekarang juga karena aku memberimu makan dengan menggunakan uang . jadi apa maksudmu dengan tidak mementingnya untuk bertahan hidup?" bentakan yang ia ucapkan membuatku semakin brontak .

"ya aku berterima kasih atas apa yang kau beri padaku . tapi itu tetap tak bisa mengubah pemikiranku . aku pun bisa hidup tanpa uang . apa itu salah?" . mungkin salah dengan aku bertanya kepadanya karena jawaban yang aku dapat dari semua itu hanya makian kepada orang lain yang ku pentingkan dalam hidupku .

"kau tak ubahnya dengan dirinya . selalu menyalahkanku setelah aku berusaha untuk membuatmu bisa hidup . tapi kau malah memilih mengikuti jejaknya menyepelekan semua omonganku ! apa yang hendak kau bisa banggakan darinya ?" . amarahku makin meninggi .

"banyak hal yang tak bisa kau miliki darinya . filosofimu untuk mengaturku tak bisa membuatku tergerak . ayolah semua yang kau lakukan memang kewajibanmu, bung ! jadi jika kurasa apa yang bisa kubanggakan kau pun tak perlu bertanya . hanya lihatlah dirimu . benar-benar menyedihkan !" semakin ku berkata semakin pula ingin mengakhiri .

"jika kau ingin aku mengerti tentang kemauanmu, buat aku memilih jalanku . hanya perlu mengawasiku tanpa perlu mendikteku . karena jujur aku tak suka . jika kau ingin aku memahami harapanmu padaku . berhenti memaki atau menyalahkannya didepanku ." dan kutinggalkan dia dengan kesendirian . berharap dia akan mengerti .


NO COPY PASTE WITHOUT CREDIT coffeepen,books

Comments