Rasanya Mati

"penat !" seminggu panjang yang akan kulewati adalah semua yang sedang ku hadapi . oke, tetap bertahan . "just hang out, girls ! i know you can do more ." tepat ucapan itu yang sangat ingin kukatakan . tapi rasanya tidak untuk saat ini .

di rumah kembali . pulang dari selesainya tugas satu hari ini . harapkan sampai di sana, pikiran dan tubuh ku singkron dengan semua beban yang tertumpu itu . "hei ! apa yang kau lakukan ? kerjakan semua yang menjadi tanggung-jawabmu . berhenti untuk berleha-leha . tidak ada tempat untuk mereka yang hanya dapat membuang-buang waktu ." suara itu terdengar lagi .

timbul satu hal yang jadi pertanyaan . "apakah aku berjuang melakukan kegiatan ini yang menurutku tidak bisa meninggalkan sedikit luang pada ruangku adalah satu-satunya tindakan yang harus aku bela ?" siapa yang bisa menjawab .

santai, nikmati, rasakan . apa benar-benar bisa kulakukan ? tak meminta belas kasih dari orang lain . hanya ingin memiliki sedikit space untuk bernafas atau sejenak menarik nafas yang panjang .

"hei, bung ! siapa kau yang masi menjajah hasil pelu keringatku?" sudah serak suara ini mencoba berteriak . "sial, sudahlah ! ini memang sudah nasibmu . apa yang perlu kau tangisi ?" pergulatan itu memulai .

"baik ! aku tak suka dengan ucapanmu . tak ada yang bisa menghalangi keinginanku, dan aku memanglah egois, emosional, ambisius . but hei ! semua mimpi itu adalah tujuan hidupku untuk ke depan . jadi cukuplah berkata ini nasibku . yang harus kau perhatikan dan katakan adalah aku berjalan sesuai tujuan hidupku . dan aku bisa merubah nasibku tanpa harus mendahului takdir tuhan !"

enough ! disinilah puncak dari rasa penat, sakit, cape dan benciku melepaskan beban yang tertumpu itu . menggantungkannya tinggi di atas segala krikil yang tersapu .


NO COPY PASTE WITHOUT CREDIT coffeepen,books

Comments