Apa yang lebih menyenangkan ketika kita bisa tinggal di negara
yang maju dan juga memiliki kekayaan alam yang melimpah? Apa bisa dikatakan bersyukur ketika disaat yang bersamaan pula kita tidak menjaga negara
yang dibanggakan dengan baik? Jauh dari baik atau tidaknya negara yang kita
huni dan juga kebangsaan yang kita miliki, pasti ada hal yang dirasa penting
dan berharga tertanam disana.
Andai boleh memilih apa yang membuatmu bangga dan bersyukur
menjadi bagian Indonesia? Jawaban saya hanya satu, karena saya terlahir di bumi
pertiwi ini. Alasan yang objektif memang. Tapi yang membuat hal itu terasa spesial
buat saya adalah banyak hal yang berharga dan bernilai untuk saya.
Berbagi pendapat dengan sahabat mengenai Indonesia saat ini
dengan tempo dulu saat saya masih duduk di bangku sekolah merupakan hal yang
paling saya senangi. Ketika disela diskusi santai kami, saya dengan sengaja
menanyakan tentang kebanggaan mereka sebagai seorang warga negara Indonesia.
Berkumpul bersama mereka, mensyukuri adanya Indonesia. Adanya sahabat. |
“Apa hanya saya saja yang merasa bahwa di Indonesia saat ini
sedang terjadi musim begal?” ujar saya yang saat itu memang sedang membuka
salah satu social media dan melihat banyak headline
berita mengenai pembegalan.
Seorang sahabat saya menjawab dengan guyonannya, “Di
Indonesia sendiri memang sekarang ini sedang terjadi tiga musim. Kamu tahu apa
saja, mbak?”
“Setahu saya di Indonesia ini memang ada musim kemarau,
hujan dan pancaroba. Tapi yang sering kita pelajari di sekolah hanya dua musim
saja. Musim kemarau dan penghujan. Sedangkan musim pancaroba merupakan peralihan
dari musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya.”
“Jawabannya bukan itu mbak. Tapi yang sekarang terjadi di
Indonesia itu musim hujan yang kadang datang berganti panas serta kemarau di
beberapa wilayah dan sebaliknya musim kemarau disertai hujan. Apa mbak tahu
satu musim lagi?”
Jawabannya membuat saya bingung. Karena jawaban saya dan
penjelasan yang dia utarakan pun tidak ada bedanya.
“Apa? Bukannya sama saja dengan yang saya katakan
sebelumnya?”
“Iya memang. Tapi untuk jawaban terakhir salah. Karena pancaroba
itu bukan termasuk musim di Indonesia yang sebagian wilayahnya ada di garis
khatulistiwa. Jawaban yang benar adalah musim begal, mbak.”
“Musim begal?”
“Iya. Sebelumnya kan mbak mengatakan bahwa di Indonesia saat
ini sedang terjadi musim begal. Hahaha..”
Tawa renyah sahabat saya yang satu ini membuat saya ikut
menarikkan senyuman di wajah saya. Dari diskusi ringan dengan mereka saya sadar.
Bahwa setiap orang di Indonesia itu mudah sekali untuk menghibur dan membuat
orang disekitarnya ikut bahagia hanya
dengan guyonan ringan yang apa adanya.
Saya pernah membaca sebuah tulisan bahwa guyonan yang
diucapkan dan dibawakan oleh seorang pelawak adalah sebuah kejujuran mereka dalam menyampaikan pikiran dan ide serta unek-unek yang ingin disampaikan kepada
orang banyak.
Sebuah buku karya Pidi Baiq berjudul Druken Molen misalnya.
Membaca buku ini membuat saya sadar, sang penulis mencoba mengutarakan dan
menggambarkan perjalanan kehidupan yang
ada di Indonesia dengan bahasa yang sederhana dan apa adanya. Sosial kehidupan
warga negara kita juga dijabarkan dengan saat apik.
Karya penulis bangsa untuk kecintaannya Indonesia |
Banyak buku mengenai Indonesia yang ditulis oleh orang-orang
hebat yang menurut saya dengan sederhana mereka sampaikan. Terlepas dari
permasalahan yang terjadi di negeri ini, rasanya saya enggan untuk berpindah
dari setiap keindahan dan juga ketidaksempurnaan Indonesia.
Saat zaman penjajahan, Indonesia menjadi satu untuk
memperoleh kekokohan dan kekuatan yang mencangkup seluruh khatulistiwa. Tak
banyak hal yang harus saya tuliskan mengenai Indonesia. Karena Indonesia pun
sudah tidak perlu dikatakan sebagai negara yang hanya perlu dipandang sebelah
mata.
Dunia sudah melihat Indonesia dengan sangat baik sekarang.
Generasi muda yang banyak berprestasi dikancah dunia pun juga telah diakui.
Walau banyak orang dari negara kita sendiri belum mengetahuinya.
Jika sekali lagi saya ditanyakan mengenai kebanggaan dan
rasa syukur menjadi bagian dari Indonesia? Saya akan menjawab semua hal yang
dimiliki Indonesia saya banggakan dan syukuri. Karena hanya di Indonesia saja
saya bisa melihat orang-orang dari berbagai suku berkumpul. Hanya di Indonesia
yang menurut saya adanya sistem pendidikan yang berganti kurikulum selama satu
tahun pelajaran. Mungkin belum ada survei yang benar mengenai hal ini. Hanya di Indonesia saja saya bisa memimpikan
berlibur ke Bali. Untuk hal ini, tolong dimaklumi karena saya belum pernah ke
sana. Dan hanya di Indonesia saja saya bisa bertemu dengan sahabat saya yang sudah
seperti keluarga saya sendiri.
Oh ya, saya lupa. Bahkan sahabat saya yang lain juga
menitipkan kebanggaannya dan rasa syukurnya sebagai Indonesia. Katanya karena
hanya di sini saya bisa melihat kekayaan alam yang luas, kekayaan budaya dan
masakan-masakan yang enak yang diolah dari berbagai rempah-rempah serta lidah
kita yang fleksibel di berbagai macam bahasa. Terutama bahasa daerah.
Apa yang sudah terjadi di Indonesia, baik sebelum ataupun
sesudah merdeka adalah buah dari sebuah perjuangan yang akan terus
diperjuangkan oleh kita sebagai penghuninya warga negara Indonesia. Mulai zaman
Presiden Soekarno hingga Presiden Jokowi.
Jadi, bagaimana dengan kalian generasi muda? Karena saya
juga generasi muda. Saya hanya bisa mengambil sedikit dari sekian banyak suara
yang ingin kalian suarakan. Mungkin tulisan ini hanya gambaran objektif dan
subjektif dari sudut pandang saya yang dipengaruhi orang-orang disekitar saya
dan buku serta tulisan lain yang saya baca.
Indonesia harga mati. Indonesia satu hati. |
Tapi harapan saya untuk Indonesia,
untuk kita adalah tetap mempertahakan NKRI itu menjadi satu kesatuan. Bukan
hanya sekedar lagu kebangsaan Indonesia Raya yang kita nyanyikan ketika upacara
bendera saja, tapi bukti nyata pula kepada dunia. Bahwa Indonesia Raya itu
terdengar di setiap hati dan darah daging kita sebagai warga negara Indonesia. Dengan sang saka Merah Putih juga yang melambang kuat di dada dan Pancasila yang siaga di telinga.
Salam Indonesia, salam kebanggaan
Comments
Post a Comment