Untied Ribbon of Carrousel


capture by instagram.com/anggrikm
One. 
Broken. 
Lonely.
Lightless. 
Untied.
What else could described?

Separate.

Yeah. Aku terpisah dengan diriku. Diriku yang lain. Apa kau percaya dengan myth? Legenda yang mengatakan jika kau tertidur, jiwamu akan berpisah dengan ragamu. Lalu saat kau terbangun, maka jiwamu telah kembali menyatu dengan ragamu. Bagaimana jika jiwamu tidak kembali? Apa kau mati? Apa kau menghilang?

Bukan aku tidak tahu tapi... Hei! Apa kau pikir kau tahu aku berpisah dengan diriku yang mana? Kau tidak tahu. Apa aku tahu? Tidak. Aku tidak akan bicara hingga ceritaku selesai. So I hope you can clearly hear my story until finish and then what you want to ask its approve later. Deal? Diammu kuanggap sebagai yes.

Aku akan memulai kisahku. Tapi kau lalu bertanya keadaanku saat ini?

Broken. Half. Uncompleted. 

Itu keadaanku. Hei! Kenapa aku menjawab pertanyaanmu saat aku ingin memulai cerita ini? Apa kau tertawa? Silakan! Kulanjutkan dan tidak ada pertanyaan apapun hingga aku selesai.

Its dreamland. Like fairy tale. 

Iya. Aku terjebak di dunia seperti itu. Bagaimana aku hidup? Di mana aku tinggal? Seperti apa rupa rumahku? Rupa dreamland atau fairy tale ini tidak sama dengan banyaknya warna pelangi yang kau pikirkan. Its blind. Bold. Dusty and full of emptiness. Sorrow on a round me. Darkness and cloudy. Pakaianku pun basah terselimut warna gelap yang pekat.

Apa ada akhir dari tempat ini? Tidak. Hanya terlihat gurun luas. Sangat luas. Tapi kau bisa lihat di ujung sana, terdapat warna terang yang meredup. Cahaya itu berasal dari sebuah carrousel. Di sanalah selama ini aku tinggal. Itu rumahku. Karena itu satu-satunya tempat yang ada. Tanpa makanan atau minuman. Bagaimana mungkin? Tapi itu yang terjadi.

Kakiku berjalan menempuh setapak demi setapak. Jalan yang kutempuh sangat jauh. Lalu aku berhenti tepat di depan carrousel tersebut. Kosong. Pandangan sekitar hanyalah kosong. Meski carousel itu berputar. Persis seperti makam. Apa di sini makamku? Apa aku sudah benar-benar menghilang?

Carrousel itu terus berputar. Entah sudah berapa kali. Ratusan atau bahkan ribuan. Aku tidak menghitungnya. Terpaku. Karena aku terpaku mematung di depannya. Sekilas dalam tiap putarannya terdapat kibasan seutas pita berwarna merah pekat. Pita itu berkibar seperti menarik diriku mendekat. Aku tidak bisa menggapainya sekeras apapun aku mencoba. Hingga semua pun berhenti. Hingga semua membeku. Apa yang terjadi?

Seorang wanita berjalan perlahan ke arahku. Pandangan matanya terlihat polos. Dia bersenandung. Terus berjalan menuju ke arahku. Tepat di tempat aku berdiri, dia berhenti. Tangannya menarik pita yang ternyata terikat erat pada sebuah kuda pony. Dia bisa menggapainya. Sementara aku hanya bisa melihat dia menarik pita itu.

Wajahnya terhalang oleh rambut hitamnya. Aku tidak bisa melihat jelas, hanya tampak samar-samar. Dia tersenyum lurus ke arah carrousel itu. Setelah pita merah itu ditarik olehnya, carrousel kembali berputar. Namun senyuman dan senandung yang dia gumamkan berhenti. Wajahnya berubah menjadi tanpa emosi. Aku melihat jelas wajah itu.

Wajah yang terhalang oleh rambut hitam sang wanita tersebut, terlihat sangat mirip dengan sesorang yang kukenal. Dari garis pipi hingga dagunya. Seperti kami, aku dan wanita tersebut pernah bertemu sebelumnya. Mungkin di kehidupan sebelumnya. Entahlah aku tidak ingat. Tubuhku masih membeku, hanya manik mataku yang dapat bergerak. 

Wanita itu kembali berjalan. Namun kini langkahnya terlihat berat. Kakinya seperti menopang beban berat berton-ton dalam tubuhnya. Terseok-seok setiap kali dia berusaha melangkah. Langkah itu mengarah masuk ke dalam carrousel. Mataku terus mengikutinya. Dia... Tetap dengan tangan yang menggenggam erat pita merah itu.

Slowly, my body can move. This is my chance to know who is she.

Kurasakan kakiku mulai bisa digerakkan. Perlahan aku melangkahkan kakiku. Pelan. Amat pelan. Wanita itu terus melangkah masuk ke dalam carrousel. Aku berusaha mengejarnya. Mengikuti jejak kaki yang terpaksa diseret bersamaan dengan ujung pita yang menyapu debu di lantai carrousel tersebut. Jejak yang dibuatnya mulai terganti dengan jejakku. Carrousel itu masih tetap berputar.

Wanita itu menghentikan langkahnya tepat di dalam carrousel. Dia terdiam. Kemudian duduk pada sebuah kuda pony berwarna emas. Tubuhnya berbalut mini dress warna putih dengan cardigan abu-abu menyelimuti seluruh bagian bahunya. Wajahnya masih tanpa ekspresi. Emotionless. Kedua tangannya kini memegang erat pita merah yang dia bawa. 

Aku tepat berada beberapa meter tidak jauh darinya. Pandanganku masih mengawasi setiap gerak tubuhnya. Dia tidak berpindah dari tempat asalnya. Masih di sana. Diam seperti sebuah patung. Namun kali ini pandangan matanya tidak menuju ke arah carrousel. Tatapannya tertuju tepat ke arahku. Tepat menatap ke arah mataku. Kau bisa bayangkan bahwa kedua mata kami bertemu. Dengan wajah tanpa memperlihatkan emosi dan aku yang masih memiliki pertanyaan mengenai siapa dirinya.

Seolah aku mempunyai kekuatan untuk dapat membaca pikiran seseorang, aku mendengar suara berbisik. Suara seperti angin yang aku asumsikan sebagai suara wanita ini. Wanita yang sekarang tepat berada dihadapanku. Karena aku menatapnya, tanpa sadar berjalan menuju ke arahnya. Aku memandang dalam ke arah matanya. Manik coklatnya menyihirku dengan suara yang terdengar. 

"Who am I? What are you?"

Suara itu terus mengulang bergaung di telingaku hingga aku tidak sadar bahwa kegelapan telah datang mendekati hampir ke dalam seluruh tubuhku. Aku pun mempunyai pertanyaan yang sama dengannya. Siapa aku? Siapa wanita itu? Apa dia sebenarnya? Apa aku sebenarnya?  

Wanita itu telah berdiri dan berjalan ke arahku. Kali ini dengan wajah yang berubah menandakan sebuah kesedihan. Matanya menjelaskan kesedihan yang dirasakannya. Kesedihan yang ditawannya selama ini. Selama dia berada di dreamland ini. Mungkin. Kesedihan pada sebuah kesendirian.  

She is feeling so lonely.
 
Jarak antara aku dan wanita tersebut semakin menyempit. Semakin mendekat dirinya dengan tubuhku. Saat aku ingin menghindari dia, tubuhku terasa terhenti. Aku tidak bisa bergerak. Kembali aku terdiam mematung untuk kedua kalinya. Wanita itu berjalan sambil melepaskan kedua ujung pita yang selama ini masih tergenggam erat di tangannya. Hingga kedua ujung pita itu berubah menjadi hanya seutas tali yang memanjang. Wajah wanita tersebut sekali lagi berubah. Tidak dengan wajah yang tanpa emosi atau kesedihan, tetapi terdapat sedikit bias cahaya dalam matanya. Dia mengatakan sebuah kalimat kepadaku sambil kembali tersenyum. Sebuah kalimat perpisahan yang ditandai dengan tubuhnya yang perlahan menghilang.

"Terima kasih. Aku bahagia."

Itulah bagaimana ceritaku berakhir. Tanpa ada kata happy ending seperti dalam fairy tale. Kau menanyakan kepadaku. Siapa wanita itu? Siapa aku? Bagaimana selanjutnya aku bisa keluar dari dreamland tersebut? Aku akan bantu menjawabnya.

Wanita itu adalah diriku sendiri. Lalu siapa aku? Aku adalah seseorang yang terdamar dalam dreamland dan menghabiskan waktuku dengan kesendirian dalam sebuah carrousel yang tidak pernah berhenti berputar. Aku hingga saat ini belum dapat keluar dalam dreamland ini. Lalu kau singgah dalam dreamland ini dan akan kembali ke dalam hidupmu. Jiwamu dan ragamu akan menyatu saat kau terbangun.

Saat kau terbangun nanti, kutitipkan carrousel ini dalam kotak pandora yang tergembok dengan setangkai mawar hitam dan pita merah yang telah terlepas. Jika saat itu terjadi, bawa kunci ini bersama denganmu dan buka gembok pada kotak pandora itu untuk mengeluarkanku. Sampai saat itu terjadi, bisakah kau menemaniku di sini?

Untied ribbon of carrousel is fin. Is it happy ending story like fairy tale or drama story which full of sorrow or this story about horror story with nightmare? I don't know. It's yourself to find out about this story. About how this ending can be like this. This is your task to find out.



NO COPY PASTE WITHOUT CREDIT coffeepen,books

Comments