CELEBRATE SERIES: What? How? To celebrate your feeling in every moment you have? [CHAPTER 1]

What the feeling that you can celebrate? Many. More than one. Every moment have so much feeling and you can celebrating there are with many ways. Want to know how? Find out with these stories.

CELEBRATE SERIES

Story 1

Aku pun Ikut Merayakan Bahagiamu dengan Caraku

Kopi lagi? Sudah secangkir tetapi rasanya masih saja kurang. Apa karena aku mulai ketagihan dijamu dengan kepahitan dari rasanya? Mendadak ingin kembali merasakan hawa senja di pedesaan saat kamu dan aku bersama duduk di bawah pohon rambutan yang rindang.
Masih ingat ketika itu kamu naik di atas kursi dan tiba-tiba menarik dahan terdekat untuk kamu ambil beberapa batang rambutan yang masak? Jelas-jelas saat itu paman memperingatkan kita untuk tidak memetik se-biji buah itu. Katanya esok akan dipanen, jadi beliau ingin tahu jumlah rambutan yang sengaja ditanam olehnya di kebun depan itu.
Kenakalan yang sengaja kamu perbuat itu, membuat aku harus ikut merasakan dimarahi oleh paman. Jika bukan karena kamu jatuh setelah capek-capek memanjat pohon, aku yakin paman pasti tidak akan tahu dan memarahi kita. Tapi apa benar kamu masih ingat?
Aku sudah memesan lagi kopi kedua. Kali ini aku sengaja meminta kepada pelayan agar kopi ku tidak diberikan susu dan gula. Ya, kamu tahulah bukan tipe ku meminum kopi dengan pahit dan warna hitam yang pekat. Hanya untuk kali ini aku ingin merasakan apa itu pahit.
Merasakan? Kata itu tidak sepenuhnya benar. Sudah tiga jam aku menunggu di meja ini. Kamu ingat meja yang biasa kita jadikan meja favorit ketika kita berkunjung ke kafe ini? Iya. Meja yang berada di sudut depan dekat kaca. Dari situ jika aku atau kamu datang duluan, kita bisa saling bertegur dengan anggukan serta kibasan tangan memanggil satu sama lain.
Tadi pahit dari kopi kedua ku sudah aku cicipi. Rasanya tidak sepahit yang kubayangkan. Tapi kenapa ketika cairan hitam pekat itu sampai ditenggorokanku, ada rasa tercekik seperti melilit di bagian dada kiri ku?
Aku sadar semua ingatan yang aku lamunkan dan cerita masa itu tidak bisa aku kenang lagi. Bagaimana mungkin aku bisa mengenang itu semua ketika kamu sendiri sedang asyik merayakannya dengan tawa dan canda. Apa itu hanya bias? Maksudku semua kenangan itu bagaikan mimpi di siang bolong.
Wow, kamu merayakan lagi. Aku juga tidak mau kalah denganmu ikut merayakan kebahagianmu dengan hati yang tercabik. Patah hati tak sepahit rasa kopi. Tapi aku jadi bisa merayakan bahagiamu dengan caraku.

***


Story 2
Pertemuan dan Pertemanan Ini Pantas Dirayakan


“Pulang jam berapa nanti?”
Sebaris kalimat itu aku terima melalui whatsapp-mu. Dari hitungan minggu yang berlalu, tidak pernah sempat kita
bersua. Padahal sudah beberapa kali rencana yang sama sudah kita rancang. Bertemu di tempat biasa seusai kamu dan aku kerja.
Entah sudah yang ke berapa kalinya aku melihat layar benda mungil di tanganku. Rasanya sekitar pukul 10.00 pagi tadi aku membalas pesanmu.
“Aku pulang pukul 04.00 sore ini. Kenapa?"
Belum sama sekali pertanyaan ku kamu jawab. Mungkin kamu sibuk dengan pekerjaanmu. Katamu setiap pagi saat kamu sampai kantor, kamu masih bisa menyempatkan sarapan dan menonton drama korea. Apakah pekerjaanmu tidak banyak?
Aku paham jika kamu mengelak dengan jawaban pagi hari belum ada kerjaan yang harus kamu kerjakan, tetapi setelah makan siang akan ada banyak kerjaan untukmu. Ya, karena memang pekerjaan yang kamu kerjakan di bagianmu selalu mulai setelah makan siang. Bagian finishing-kah?
Setelah tak kunjung kamu balas whatsapp dariku pagi tadi, malam pun aku kembali menghubungimu.
"Neng, jadi main?”
Iya aku tahu. Jika kamu bertanya meminta waktuku, itu bermakna kamu ingin bertemu denganku. Melepas penat kerjaan yang berdebat dengan deadline dan juga se-gudang rasa pening dari banyaknya tugas yang meminta untuk segera kamu selesaikan.
“Iya ke tempat biasa ya.. Jemput aku di rumah.”
Aku pun langsung menuju ke rumahmu. Aku pikir hanya kita berdua saja yang bersua dijamu dengan segelas susu jahe dan makanan khas angkringan yang selalu kita jadikan tempat favorit. Namun nyatanya kamu mengajak teman kita yang lain.
Setelah kita sampai di sana, satu per satu dari mereka datang. Sebulan yang lalu aku ingat. Kita berkumpul bersama seperti ini. Semakin sulit rasanya untuk berkumpul bersama lagi dengan kamu dan mereka. Waktu terasa dibatasi dengan kesibukan masing-masing.
Tiba-tiba aku merindukan waktu pertemuan kita yang lalu. Sabtu malam di angkringan ini, bercanda tawa sambil saling senda-gurau mengenang masa lalu kita bersama. Sudah puluhan tahun rasanya pertemanan kita berjalan. Dari setiap pertemuannya selalu menyisakan beragam cerita yang selalu membuatku rindu untuk berkumpul kembali dengan kalian.
Jika salah satu dari kita menghilang, rasanya ada sesuatu yang kurang. Tapi tak apa, walaupun demikian aku masih bersyukur dapat berjumpa lagi dengan kalian. Sahabat serta keluarga yang tidak akan pernah aku lupakan dan tinggalkan.
Pertemuan dan pertemanan ini pantas-lah kita rayakan.
***
TO BE CONTINUE..



NO COPY PASTE WITHOUT CREDIT coffeepen,books

Comments