Artikel Ilmiah ataukah Karya Ilmiah? Putusin sendiri setelah baca ya..

Posting resmi pertama(?) yang dibuat di blog ini. Sebenarnya ada posting-an sebelumnya yang udah lama ada di draft dan akhirnya gue mutusin buat posting duluan sebelum posting-an ini. Yah, di sini gue mau posting yang berbau ilmiah gitulah. Well, ini juga tulisan hasil dari ikut lomba yang diadakan di kantor dalam peringatan hari guru nasional. Masih tetap dengan profesi yang sama☺

Sudahlah, monggo dibaca hasil tulisan tengah malam yang berbuah manis buat gue ini ;)

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA ATAU PERAN


EKA OVTARIKA ZULKARNAIN
GURU BILINGUAL TK B DAN TAMAN AZHAR
Ta-tk al-azhar syifa budi jatibeNING

 ABSTRAK

Sepeti yang dikutip dari buku Metode Pengembangan Bahasa, menurut Nurbiana Dhieni bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka. Pada anak usia dini perkembangan bahasa merupakan faktor penting karena bahasa merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan lainnya. Oleh sebab itu, anak perlu dilatih dan distimulus kemampuan berbahasanya dengan memberikan contoh penggunaan bahasa yang benar, berkomunikasi secara aktif atau melalui pembelajaran bermain drama atau peran oleh orang tua dan guru.

Kata kunci : perkembangan berbahasa anak usia dini, komunikasi,
pembelajaran bermain drama atau peran
  
PENDAHULUAN

Seefeldt Carol & A. Wasik Barbara (2008) pada buku Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah mengatakan bahwa bagi anak-anak usia tiga, empat, lima tahun, tibalah masa pertumbuhan dahsyat di bidang bahasa. Perbendaharaan kata meluas dan struktur semantik dan sintaksis bahasa mereka menjadi semakin rumit. Perubahan dalam hal bahasa ini mewakili perkembangan kemampuan kognitif. Anak-anak menjadi pemikir yang lebih rumit dan, sejalan dengan pertumbuhan mereka, perubahan ini tercermin pada bahasa mereka. Anak-anak usia tiga, empat dan lima tahun ingin tahu tentang bahasa dan semakin percaya kepada bahasa untuk memberitahukan keinginan dan kebutuhan mereka.
Anak usia dini yang sedang berkembang pesat pertumbuhannya dalam bidang bahasa perlu untuk terus dilatih untuk menyelesaikan masalah dan berpikir melalui bahasa yang dimilikinya dengan cara pemahaman, pengembangan pembendaharaan kata, penyusunan kata-kata menjadi kalimat dan ucapan. Sebab perkembangan berbahasa anak usia dini mengacu kepada kecerdasan linguistik yang berguna untuk meningkatkan kemampuan membaca, meningkatkan kemampuan menulis, membangun pembawaan-diri dan keterampilan linguistik umum dan meningkatkan keterampilan mendengarkan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menyimpulkan permasalahan yang diangkat dalam artikel ilmiah ini adalah:
1.      Bagaimana cara mengembangkan kemampuan berbahasa anak usia dini yang sesuai dengan kebutuhan di usia emasnya?
2.      Pembelajaran dengan bermain drama atau peran yang bagaimana agar anak usia dini dapat tetap terstimulus kemampuan berbahasanya guna mengembangkan kemampuan berbahasanya?
Tujuan dari artikel ilmiah ini adalah agar pembaca khususnya pendidik anak usia dini dapat berinovasi dan semakin kreatif dalam menstimulus kemampuan berbahasa anak usia dini tanpa perlu kehabisan ide dan juga metode pembelajaran yang sesuai dengan usia peserta didik anak usia dini pada masa usia emasnya.
Manfaat artikel ilmiah ini adalah:
1.      Penulis berharap para pembaca khususnya pendidik anak usia dini dapat memahami metode pembelajaran yang menyenangkan dan juga mudah untuk dilakukan oleh anak usia dini agar perkembangan berbahasa pada masa usia emasnya dapat terstimulus dengan lebih baik.
2.      Memudahkan bagi para pendidik anak usia dini dalam mencari jalan keluar ketika menghadapi masalah-masalah dalam proses pengajaran berbahasa atau berkomunikasi kepada anak usia dini.
3.      Menambah wawasan bagi para pendidik anak usia dini atau masyarakat luas tentang dunia pendidikan sehingga mereka memahami bahwa mendidik tidak hanya soal proses membenarkan yang salah dan membandingkan kecerdasan yang dimiliki anak yang satu dengan yang lainnya, tetapi juga dengan memberikan stimulus kecerdasan yang dimiliki oleh mereka karena pada hakikatnya setiap anak memiliki keistimewasaan dengan kecerdasan yang dimilikinya.

 PEMBAHASAN

            Dalam bagian pembahasan ini, penulis akan membagi menjadi beberapa sub bab diantaranya adalah:

I.          Pembahasan Masalah
Anak dengan kemampuan berbahasa yang bagus dapat mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, baik teman sebayanya maupun dengan orang yang lebih tua darinya. Pada hal ini juga anak menjadi lebih kreatif untuk mengolah kata dan juga bahasa baru yang didapatnya sehingga menjadikan anak lebih percaya diri dalam berbicara di depan orang banyak dan mampu menceritakan kembali kejadian yang dialaminya dengan bahasa yang mereka miliki.
Kemampuan berbahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi yang pada anak usia dini menjadi proses perkembangan paling penting. Jika perkembangan bahasanya tidak distimulus dengan baik, maka kemampuan berkomunikasinya pun menjadi kurang baik. Seperti contoh jika pada anak usia 3-4 tahun tidak diberikan pengenalan bahasa yang benar maka saat mereka akan mengucapkan satu kata menjadi kurang jelas. Akibatnya adalah sulitnya orang yang mengajak anak tersebut berkomunikasi untuk mengerti maksud dari ucapan anak. Sama pula dengan orang tua yang memberikan stimulus bahasa dengan pengucapan yang tidak benar, akibatnya anak pun akan sulit mengulang kata yang memiliki lebih dari satu suku kata.
Dengan demikianlah baik pendidik anak usia dini, orang  tua ataupun orang yang mengasuh anak usia dini diwajibkan untuk memberikan stimulus berbahasa yang baik agar anak dapat berbicara dan berkomunikasi dengan lancar dan jelas. Karena stimulus dari lingkungan memberikan pengaruh besar pada kemampuan otak anak yang pada akhirnya akan mempengaruhi keterampilan anak dalam mengolah kata-kata dan berbicara. Kecerdasan logika berpikir seorang anak dapat ditunjukkan dari kecerdasan bahasa yang dimilikinya. Anak yang mampu berbicara/ berbahasa dengan baik dan juga lancar, memungkinkan memiliki logika berpikir yang baik.
Kemampuan berbahasa pada anak usia dini dapat dilihat melalui kegiatan sehari-hari yang dilakukannya seperti:
1.      Anak senang berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan teman sebaya maupun orang dewasa, biasanya dilakukan anak-anak usia 2 hingga 6 tahun. 
2.      Anak senang bercerita panjang lebar tentang pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan diketahui (usia 3-6 tahun). 
3.      Anak mudah mengingat nama teman dan keluarga (usia 2-6 tahun), tempat, hal-hal sepele yang pernah didengar atau dikenal termasuk jingle iklan (usia 3-6 tahun). 
4.      Anak suka membawa-bawa buku dan pura-pura membaca (usia 2-4 tahun), suka buku dan cepat mengeja melebihi anak-anak usia 4-6 tahun). 
5.      Anak mudah mengucapkan kata-kata, menyukai permainan kata, suka melucu (usia 3-6 tahun). 
6.      Anak suka dan memperhatikan cerita atau pembacaan cerita dari pendidik (usia 2-6 tahun) dan dapat menceritakan kembali dengan baik (usia 4-6 tahun). 
7.      Anak memiliki lebih banyak kosa kata daripada anak-anak seusianya yang ditunjukkan saat anak berbicara (usia 3-6 tahun). 
8.      Anak suka meniru tulisan di sekitarnya dan menunjukkan pencapaian di atas anak-anak sebayanya; mampu membuat pengulangan linear (usia 4-6 tahun), huruf acak (usia 3-6 tahun), dan menulis dengan ejaan bunyi atau fonetik (TK A) dan menulis dengan ejaan sebagian sudah benar (TK B). 
9.      Anak suka membaca tulisan pada label makanan dan elektronik, papan nama, toko atau rumah makan, judul buku, dan sejenisnya. 
10.  Anak menikmati permainan linguistik, seperti tebak-tebakan, acak huruf dan mengisi kata pada potongan cerita (Musfiroh Tadkirotun (2011), Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta: Universitas Terbuka, hal 87).
Dari kegiatan sehari-hari yang diuraikan diatas maka salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak usia dini yang sesuai dengan kebutuhan di usia emasnya adalah dengan metode bermain drama atau peran.

II.       Pemecahan Masalah

Setelah pembahasan dalam setiap paragraf diatas, penulis akan menjawab rumusan permasalahan yang penulis uraikan di bawah ini:

1.      Bagaimana cara mengembangkan kemampuan berbahasa anak usia dini yang sesuai dengan kebutuhan di usia emasnya?
·         Anak yang sudah baik kemampuan berbahasanya biasanya akan menunjukan kecerdasan berkomunikasi dengan teman sebayanya melalui permainan yang dilakukannya seperti pada saat bermain masak-masakan, anak akan cendrung berperan sebagai sebuah keluarga di mana tedapat anak yang berperan sebagai seorang ayah, ibu, kakak serta adik. Dalam hal ini pendidik dapat memberikan arahan peran yang dimainan oleh anak sesuai dengan usianya dan ikut serta dalam bermain dengan anak.
·         Jika anak mulai terbiasa bercerita tentang kejadian sehari-hari yang pernah ataupun belum mereka alami, pendidik harus mampu menjadi pendengar yang baik dan dapat pula bertanya tentang bagaimana perasaan anak ketika mengalami kejadian tersebut. Hal ini dapat memberikan stimulus kepada anak untuk mengungkapkan perasaan yang dimilikinya dengan berbicara secara lebih terbuka.
·         Ketika anak sulit mencerna dan tidak mengerti kalimat ataupun kata-kata yang kita ucapkan, pendidik harus membuat sebuah kalimat yang lebih sederhana dan kata yang sudah sering mereka dengar agar anak menjadi lebih paham apa maksud dari kalimat ataupun kata yang disampaikan.
·         Jika ada anak yang dalam berbicara kurang jelas, pendidik dapat menstimulasinya dengan sering mengajak anak berbicara maupun bercerita walaupun dengan kalimat yang terbatas. Hal ini agar anak terbiasa berbicara sehingga mereka dapat mengasah kemapuan berbahasanya agar lebih baik dalam berkomunikasi.
·         Anak yang terlalu cerewet dan memiliki teman khayalan sendiri sehingga dia seolah-olah sedang berbicara dengan orang lain biasanya memiliki kecerdasan linguistik yang bagus walaupun anak terlihat menjadi lebih aktif dari anak lainnya. Pendidik tidak perlu membedakan dalam bersikap terhadap anak dengan kondisi ini, sebab pendidik hanya perlu memberikan arahan serta pengertian kepada anak dengan mengajak anak untuk bercakap-cakap ataupun melakukan kegiatan bermain seperti mendongeng atau story telling menggunakan boneka.
·         Anak pendiam yang enggan untuk berkomunikasi dapat diberikan stimulus oleh pendidik berupa permainan tebak gambar atau suara hewan. Jika anak belum mau berbicara pada saat permainan pertama kali dilakukan, lakukan terus dan secara rutin. Hal ini dinaksud agar anak menjadi lebih terbiasa dengan keadaan berbicara walaupun anak masih malu-malu untuk berbicara.
2.      Pembelajaran dengan bermain drama atau peran yang bagaimana agar anak usia dini dapat tetap terstimulus kemampuan berbahasanya guna mengembangkan kemampuan berbahasanya?
·         Mendongeng yang disertai dengan permainan peran menggunakan animasi pada buku bergambar. Banyaknya buku bergambar yang dibuat oleh penulis anak biasanya masih kurang dalam penggunaanya. Pemanfaatan buku bergambar membuat anak lebih mengerti bagaimana jalan cerita dari buku yang didongengkan oleh pendidik. Pada hal ini pendidik dapat mengajak anak berperan menjadi salah satu tokoh dari cerita yang sedang didongengkan, sehingga akan menjadi lebih tereksplor kemampuan berbahasanya.
·         Story telling menggunakan boneka dalam hal ini sama dengan halnya mendongeng, anak diajak oleh pendidik menjadi bagian dari tokoh cerita yang sedang diceritakan. Ditambah pula dengan mengajak anak menceritakan kembali cerita story telling denga caranya sendiri setelah pendidik memberikan contoh cerita dari story telling yang diajarkan.
·         Permainan drama atau peran dengan menggunakan illustrasi atau gambar yang dibuat oleh anak sendiri. Anak usia dini memiliki kegemaran untuk menuangkan imajinasinya lewat media menggambar sehingga dalam gambar yang dibuatnya mereka tidak hanya mengeksplor kemampuan berimajinasinya saja tetapi juga kemampuan berbahasanya dengan menuangkan cerita yang ingin diceritakan melalui gambar. Pendidik pada saat mengamati anak menggambar dapat menanyakan siapa yang sedang dia gambar, apa yang dilakukan oleh tokoh yang digambar juga cerita apa yang sedang dia gambar.
·         Bermain drama atau peran dengan menggunakan rekaman atau video. Dengan kemajuan teknologi saat ini sangat mudah bagi pendidik untuk memanfaatkannya sebagai media pembelajaran. Pendidik dapat mengajak anak untuk mendengarkan rekaman atau menyaksikan video dan meminta anak untuk mengikuti gerakan atau suara yang ada pada rekaman maupun video. Sebab anak distimulus untuk bisa berani dan juga tidak malu dalam menirukan yang ada didalam rekaman atau video, anak menjadi lebih percaya diri saat tampil di depan umum.

PENUTUP

I.          Kesimpulan dan Saran
Pada proses pemecahan masalah diatas, penulis menyimpulkan bahwa dalam proses mengembangkan kemampuan berbahasa anak usia dini kemauan anak untuk terstimulus baik dari lingkungan sekitar maupun lingkungan keluarga. Karena jika hanya satu faktor saja ang memberikan stimulus untuk anak berkomunikasi dan mengenal bahasa, maka tidak akan terjadi sebuah perkembangan linguistik yang baik. Peran orang tua sebagai pilar utama anak saat memasuki masa keemasan dalam perkembangannya menjadi peran yang sangat penting dan didukung pula oleh guru sebagai media pendukung anak dalam berkembang. Maka keduanya memiliki keterikatan satu sama lain.
Penulis berharap agar pendidik anak usia dini mampu berinovasi dalam cara pengajaran guna menstimulus kecerdasan anak usia dini di masa keemasannya. Baik dengan memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan oleh sekolah maupun berpikir lebih kreatif dengan menciptakan metode pembelajaran yang lebih menarik dan menyenangkan sesuai tumbuh kembang anak usia dini. Semoga dengan metode pembelajaran bermain drama atau peran yang penulis bahas dalam artikel ilmiah ini, dapat memberikan sebuah jalan keluar untuk pendidik usia dini menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar.

II.       Daftar Pustaka
Nurbiana Dhieni (2005), Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka, hal. 1.8.
Seefeldt Carol & A. Wasik Barbara (2008), Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak usia Tiga, Empat, dan Lima Tahun Masuk Sekolah, Jakarta: Indeks, hal.73.

Jurnal Kecerdasan Linguistik Pada Anak dan Perkembangan Bahasa Pada Anak, http://alaksamana.blogspot.co.id/2017/02/kecerdasan-linguistik-pada-anak-dan.html


Nah, jadi apa kesimpulannya? Tulisan ilmiah gue ini masuk katagori karya ilmiah atau artikel ilmiah? Btw, thank you udah mau baca. Semoga ada yang membutuhkan contoh tulisan ini buat karilnya mungkin atau bantuan bahan skripsi, jadi bisa mampir ramein blog ini. So see you next time dengan posting-an yang lebih bermanfaat lagi buat kalian, tentunya lebih memeras otak lagi buat gue☺



NO COPY PASTE WITHOUT CREDIT coffeepen,books

Comments