The Last Latte : Ready to Reserve Tonight, Get Your Table Now


Aku sudah lupa bagaimana memulai menulis sebuah cerita romantis untuk mengungkapkan sebuah perasaan. Aku sudah lupa bahwa sebelumnya apa yang pernah aku tuliskan adalah sebuah tulisan berisi perasaan yang merindukan sebuah kebahagiaan. Tidak sampai pada waktu itu..

Sebuah perjalanan yang baru pertama kali aku lakukan dengan sahabat lama. Pertengahan bulan lalu sudah rencana ini dibicarakan. Well, pada akhirnya waktu yang diputuskan untuk bergegas berangkat adalah pada awal bulan ini. Minggu pertama sebelum aku mulai sibuk dengan kerjaan yang menunggu di depan mata.

Sampai detik ini ketika jari-jemari ini dengan indah mengetik untuk merangkai kata demi kata, aku belum bisa dengan tegas memulai cerita yang seperti apa dengan segala awangan pemikiran yang berkabut. Lebih tepat ini sebuah paksaan untuk menghadirkan sebuah cerita yang berfantasi.

“The last latte”I want to sip this latte for the last as the symbol that my feeling for him is vanish…

Ketikan pertama yang bisa aku hasilkan dari sebuah judul yang terpikirkan saat aku berkendara malam ini. Masih di malam ini, aku mencoba meramu sebuah jalan cerita dengan benar hingga kau bisa membacanya. Itupun jika cerita ini sampai padamu.

“The last latte”You known some ridiculous actions that I did in past, it’s just my plan to get attention from you. And after I looked you behave as stranger to me, I conscious that me make you nausea. How pathetic me?

Perjalanan dengan mereka membawaku kepada satu tempat yang sangat baru untukku. Pemandangan yang membuatku tercengang saat melihat sekeliling yang jauh dari pemandangan kota yang memuakkan. Ya, kota di mana sebuah harga bahan baku pun dapat menaikkan digitnya lebih besar dari berkali lipat.

Jika kau bertanya untuk apa aku pergi hingga jauh hanya demi sebuah ketenangan? Aku hanya bisa menjawab untuk mencairkan kembang es yang berkerak di dalam kepalaku maka aku membutuhkan tempat pelarian yang jauh dari asal kembang es itu muncul.

Aku tidak bisa menceritakan bagaimana perjalananku sepenuhnya dalam tulisan ini, karena cerita ini pun pastinya akan membawa kamu yang telah perlahan aku tinggalkan.

Bait terakhir dari latte yang ingin kupesan belum ingin aku bagikan kepadamu. Jika kau perlu sebuah penjelasan terperinci tentang hal ini, aku bisa memberikan satu atau dua yang penting untuk bisa kau simpulkan.

Pertama..

Tempat aku berteduh itu lebih nyaman dari kotamu dan juga lebih dingin dari sifat "cold" yang selalu kau perlihatkan kepadaku.

Kedua..

Dengan malam dan sinar lampu yang dapat aku lihat sangat indah berteman secangkir coklat di sini jauh lebih amazing daripada puluhan gedung pemecah cakrawala yang kau banggakan dengan sebuah cafe tempat kau menyeruput kopi berharga puluhan ribu bahkan ratusan.

Dari bagian itu bukankah kau sudah mengerti bahwa aku saat aku kembali lagi hari ini, bagian dari dirimu hanyalah sebuah masa lalu yang benar-benar sudah kuhapus. Biarpun kau tetap di dalamnya, namun perasaan tersipu karena dirimu, sudah tidak lagi berharga untuk seluruh relung hatiku.

So, the last latte that I promise to you I cancel it to enjoy with you. I want to free from your latte.

"The last latte"
...All memories will vanish. Before it happen because of destiny, I'd like to erase it by my self.

Later the last latte ready to reserve tonight, so get your table now. 





NO COPY PASTE WITHOUT CREDIT coffeepen,books

Comments